Faktor Determinan Terjadinya Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa secara umum di dunia sebesar 26,4% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.
Di Indonesia, jumlah penderita hipertensi terus meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 dilaporkan 27,8% pada penduduk usia ≥ 25 tahun (pengukuran dengan air raksa). Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 2002 persentase lebih tinggi ditemukan pada wanita (29%) dibanding pria (27%) dan SKRT 2004 melaporkan 14% pada kelompok usia ≥ 15 tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi 31,7% (pengukuran dengan digital Tensi meter). Uji validasi pengukuran tekanan darah menunjukkan selisih 7-10 mmHg lebih tinggi menggunakan digital tensi meter dibanding sphygmometer air raksa pada tekanan darah sistolik, dan tidak ada perbedaan pada tekanan darah diastolik. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan penurunan prevalensi hipertensi menjadi 25,8% pada kelompok usia yang sama. Penurunan ini mungkin disebabkan kesadaran masyarakat yang semakin membaik pada tahun 2013 atau perbedaan alat ukur yang digunakan pada responden.
Studi terbaru yang dilakukan oleh Julianto Pradono (Kementerian Kesehatan) pada 83.693 rumah tangga di 7 propinsi Jawa Bali, melaporkan prevalensi hipertensi pada 200.603 penduduk berusia 15-60 tahun adalah sebesar 26,4% (95%CI: 26,2-26,6). Analisis multilevelmenggambarkan peran di tingkat individu (84,9%), tingkat rumah tangga (6,4%) dan tingkat kabupaten/kota (8,7%). Faktor yang berperan ditingkat individu adalah IMT ≥ 25 Kg/m2 (OR: 2,02) dengan kontribusi 4,3%, Obesitas abdominal (OR: 1,45) dengan kontribusi 2,4% dan tingkat pendidikan < SLTP (OR: 1,38) dengan kontribusi 1,6%. Apabila ketiga faktor tersebut ditiadakan, dapat menurunkan prevalensi hipertensi di Jawa Bali dari 26,4% menjadi 18,1%. Faktor yang berperan pada tingkat rumah tangga adalah kepadatan hunian < 9 m2/orang (IOR: 1,56-1,74), pengeluaran per kapita (IOR: 1,56-1,74) dan tidak ada dukungan olah raga (IOR: 1,51-1,80). Di tingkat kabupaten/kota, faktor yang berperan adalah daerah dengan skor IPM kaya (IOR: 1,00-1,62).
Rekomendasi intervensi adalah mempertahankan berat badan ideal, meniadakan obesitas sentral dan meningkatkan kerjasama lintas sektor non kesehatan dalam menangani masalah hipertensi. Demikian Julianti Pradono dalam mempertahankan gelar Doktor dengan disertasi berjudul Faktor Determinan Terjadinya Hipertensi dan Implikasi pada Program Intervensi (tahun 2013).